Word of Mouth (WOM) atau komunikasi mulut ke mulut adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif saat ini. Kemampuannya dalam menciptakan perspektif terhadap sesuatu tidak dapat disangkal lagi. Ditambah, kemudahan WOM dalam menyebar menjadikan komunikasi tersebut perlu digunakan secara hati-hati. Pasalnya, WOM mampu menciptakan suatu paradigma atau kesan bagi seseorang meski pun orang tersebut belum pernah mengalaminya secara empiris. Marching band, dalam hal ini MBUI, adalah salah satu pihak yang sering menjadi ‘korban’ WOM. Banyak pandangan negatif yang terbentuk yang justru biasanya dimiliki oleh pihak-pihak yang belum pernah menjalani kegiatan tersebut. Akhirnya, terbentuklah suatu mitos atau isu yang menyebar dengan cepat.
Dalam tulisan kali ini, mimin ingin mengupas lebih dalam apa aja sih isu-isu yang berkembang seputar marching band atau MBUI dan apakah isu tersebut mitos atau fakta? Hmmm…lanjut!
1) Aktivitas MBUI tuh ratusan SKS
Lebay! Ungkapan ‘ratusan SKS’ sesungguhnya hanyalah ungkapan hiperbola yang menyebar di masyarakat. Hal tersebut didapat dari kesibukan pasukan yang dikaitkan dengan penggunaan istilah SKS dalam kuliah sebagai ‘satuan’ waktu (Di UI, 1 SKS = 50 menit). Imbasnya, kegiatan MBUI dianggap sangat padat seolah tidak bisa melakukan hal lain.
Untuk membuktikannya, mari kita lakukan perhitungan secara kuantitatif :
Misalkan kita mengambil jadwal latihan intensif MBUI dalam seminggu yang kurang lebih ada 24 jam.
Selasa, Rabu, Kamis = 4 jam x 3 = 12 jam
Sabtu 13 – 20 = 7 jam
Minggu 13 – 18 = 5 jam
Total = 24 jam
24 x 60 = 1440 menit. 1440/50 = 28,8.
Jadi, di masa intensif pun, MBUI hanya memiliki 28,8 SKS. Itu pun ditambah MBUI tidak memiliki tugas njelimet seperti kuliah. Dan juga, dalam 28,8 SKS itu kamu bukan sekadar duduk yang biasanya tiba-tiba ngantuk, tapi juga bersenang-senang bersama teman-temanmu.
2) Anak MBUI selalu pulang malam
Lagi, ungkapan hiperbola yang memberikan kesan tidak baik ke masyarakat. Anak MBUI memang pulang malam, tapi tidak selalu. Jam latihan yang dimulai sore tentu saja akan berimbas pada jam pulang mereka yang menjadi malam. Tapi, selain event training center yang biasanya diadakan di akhir-akhir proyek, MBUI tidak pernah latihan setiap hari sehingga penggunaan kata ‘selalu’ di sini tidak tepat.
3) MBUI itu keren
Ini fakta banget! Meski pun sesungguhnya keren dan tidak keren adalah definisi subjektif. Tapi, rasanya 99% orang setuju kalau MBUI selalu tampil keren dalam setiap penampilannya. Secara display, visual, dan personelnya yang selalu mengenakan kostum kece, MBUI tidak berhenti mengundang tepuk tangan para penonton.
4) MBUI itu semi-militer
Ya, tentu saja! Sejarah marching band sendiri berasal dari ranah militer sehingga budaya tersebut terbawa hingga sekarang. Sisi semi-militer yang dimiliki MBUI lebih kepada kedisiplinan, kebersamaan, dan perjuangannya. Tiga hal itu yang diajarkan di MBUI dengan cara learning by doing. Kamu harus disiplin, tidak boleh egois atau seenaknya sendiri, dan harus mau berjuang bersama-sama.
5) MBUI senioritasnya tinggi
Di MBUI tidak ada senioritas. Memanggil ‘Kak’ saja sebenarnya adalah hal yang tabu di unit ini. Semua sama, sama-sama harus saling menghargai dan menghormati. Di MBUI, mereka yang bergabung lebih dahulu tidak boleh disebut ‘senior’, melainkan ‘anak lama’. Begitu pun sebaliknya, tidak pernah ada sebutan ‘junior’ untuk anak yang baru masuk. Semua saling belajar di unit ini. Tidak selalu yang lahir duluan lebih baik dari yang lahir kemudian. Oleh karena itu, anggapan bahwa di MBUI senioritasnya tinggi adalah mitos belaka.
6) Ikut MBUI tuh capek
Iya, dong! Ini fakta banget. Bohong rasanya kalau dibilang ikut marching band itu tidak capek. Tapi, bukankah setiap sendi kehidupan itu capek ya? Sekolah juga capek, kuliah apalagi, kerja? Jangan ditanya. Jadi, tidak masalah dong. Lagipula, capeknya tidak sendiri kok. Di kanan dan kiri kita selalu ada teman-teman yang menemani kita di saat capek, pegel, dan sebagainya. Ya, bisa dibilang, meski pun capek dan melelahkan, selama kita melakukannya bersama teman-teman semua akan terasa menyenangkan.
7) Kalau sudah di MBUI tidak bisa ikut yang lain
Wah, kata siapa? Sesungguhnya hal tersebut kembali kepada masing-masing individu, apakah pada dasarnya mereka mau untuk aktif di tempat lain atau memang sudah kadung cinta sama MBUI sehingga tidak mau mendua. MBUI sendiri tidak pernah mengatur hal tersebut. Tidak ada larangan atau paksaan mengenai keikutsertaan pasukannya di organisasi lain. Selama mereka bisa berbuat adil alias tidak melulu izin ke MBUI untuk mengurusi organisasi sebelah atau sebaliknya, semua bisa dijalani dengan baik.
8) Kamu bisa menemukan jodoh di MBUI
Waduh! Berat, nih! Sesungguhnya jodoh itu sudah ada yang mengatur, dan itu jelas bukan MBUI. Memang sih, unit ini kerap mempertemukan dua insan hingga mencapai pelaminan. Durasi latihan yang panjang dan kebersamaan yang erat di dalam pasukan tidak menutup kemungkinan adanya ‘kebersamaan di dalam kebersamaan’. Ada yang cuma sekadar cinlok atau cinta lokasi sampai yang benar-benar menjalin janji di depan penghulu. Kombinasinya pun beragam, ada sesama anak baru, anak baru-anak lama, pengurus-pasukan, bahkan ada yang melibatkan pelatih. Jadi, mitos atau fakta nih, min, kalau kita bisa menemukan jodoh di MBUI? Mimin bilang sih kalau bisa ya bisa saja, kan kalau jodoh mah datang dari mana saja, termasuk dari unit ini.
—000—
Ya, itu lah beberapa isu-isu seputar MBUI yang beredar di masyarakat. Beberapa ada yang mitos dan beberapa ada yang memang fakta. Seperti ungkapan yang sudah akrab di telinga kita bahwa pengalaman adalah guru terbaik, jadi janganlah kita menelan suatu informasi bulat-bulat tanpa mencari tahunya atau mengalaminya secara nyata.
Eh, apa? Kamu pernah mendengar cerita lain di luar sana tentang MBUI? Silahkan curahkan di kolom komentar biar kami bantu untuk mengungkap apakah itu fakta atau mitos 🙂 (RI)