Banyak yang menganggap kalau anak marching band itu ‘kaku’ alias tidak dapat melakukan hal lain kecuali sesuatu yang berkaitan dengan marching band itu sendiri. Dalam rubrik ini, kami ingin mengenalkan teman-teman kepada profil beberapa anggota MBUI yang ternyata mampu mematahkan anggapan tersebut. Rubrik yang diberi nama SILAM (Sisi Lain Anak MBUI) ini diharapkan mampu menginspirasi teman-teman terutama teman-teman anggota MBUI sendiri dan membuka pandangan kita semua kalau ternyata anak MBUI tuh juga gape loh dalam melakukan hal lain. Siapa sajakah yang masuk daftar untuk SILAM #1 edisi Januari-Maret kali ini? Langsung saja! Check it out!
1. Mufid Idan Nugraha
Siapa sangka, pemain bass drum MBUI bertampang innocent ini ternyata adalah seorang jawara. Di sela-sela padatnya latihan sebagai pasukan GPMB 2013 dan 2014, Mufid ternyata gemar memukuli orang. Yap! Selain hobi mukulin bass drum, Mufid juga hobi mukulin orang sebagai atlet tae kwon do.
Sepanjang 2013, di mana dia sedang mempersiapkan diri di proyek GPMB bertajuk ‘Diri’, Mufid ternyata juga ikut andil mewakili Kabupaten Bekasi dalam ajang Kejuaraan Daerah (Kejurda) Jawa Barat. Meski menjalankan tiga peran sebagai mahasiswa, anak MB, dan atlet tae kwon do dalam satu periode, anggota unit Yodia itu sukses meraih Juara 3 dalam nomor Poomsae Beregu Putra di ajang tersebut. Tidak hanya di Kejurda, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia ini juga mampu menyabet 1 medali perak dan 1 medali perunggu dalam ajang Olimpiade UI 2013.
Setahun berikutnya, Mufid kembali dipilih untuk mewakili Kabupaten Bekasi dalam ajang Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Jawa Barat. Di periode yang sama, ia juga diminta untuk kembali bergabung menjadi pasukan. Tawaran untuk kembali bergabung dalam proyek ‘Nusantara’ tersebut membuat Mufid harus berkonsultasi dengan kedua orang tuanya. Hasilnya, pria asli kelahiran Bekasi 21 tahun yang lalu ini pun memilih untuk bersama MBUI dan mengundurkan diri dari tim PORDA-nya. Meski begitu, Mufid, yang mengenal tae kwon do dari ayahnya yang juga atlet tae kwon do, tetap membuktikan kualitas dirinya dengan meraih medali perak dalam ajang Olimpiade UI 2014 nomor U 58. Saat ini, Mufid sedang menjalani hari-harinya kembali sebagai mahasiswa farmasi dan turut serta sebagai staff di Publikasi dan Dokumentasi MBUI 2015.
“Keputusan yang berat karena kuliah gue yang super susah ditambah weekend latihan tae kwon do, terus ditambah MB. Akhirnya setelah konsultasi sama orang tua, gue mengundurkan diri dari tim PORDA. Pertimbangannya waktu itu sih, kalo yang masuk anak baru bakal lama lagi belajarnya. Dan gue nggak nyesel meski juara 5.”
2. Laras Putri Paramarta
Dalam menjalani kehidupan kuliah sebagai anak marching band, MBUI memiliki sebuah best practice yang kalau dijalankan dengan disiplin akan memberikan dampak yang baik untuk pasukannya. Bunyi dari best practice itu adalah : Fokuslah terhadap apa yang sedang kamu kerjakan. Artinya, kita harus fokus dan memberikan 100% terhadap apa yang sedang kita kerjakan. Misalnya, kalau kita sedang berada di kelas, ya berikan 100% fokus kita terhadap materi di kelas, kalau di latihan, ya berikan 100% jiwa raga kita untuk latihan. Terdengar klise, namun sesungguhnya berhasil.
Laras Putri Paramarta, atau yang lebih akrab disapa Laras, adalah salah satu success story penerapan best practice tersebut. Sarjana teknik lulusan Teknik Industri UI tersebut mampu menyeimbangkan kehidupannya di marching band, akademik, dan organisasi lain dengan menjalankan best practice tersebut. Bermain sebagai pemain color guard dalam proyek internasional MBUI di Thailand International Marching Band Competition (TIMBC) tahun 2012 silam tidak ‘mematikan’ Laras untuk aktif di tempat lain. Dalam periode yang sama, Laras juga melakoni peran sebagai Wakil Kepala Operasional Lomba Keilmuan Teknik Industri (LKTI), sebuah lomba berskala nasional untuk mahasiswa teknik industri. Kedua peran tersebut dijalaninya dalam rentang waktu yang sama, yaitu dari kurun waktu 2011 hingga hari-H pada tahun 2012.
“Bagi waktunya standar sih. Kalo gue lagi di kampus yang nggak hari latihan gue pol-polan ngurus segala hal terkait LKTI. Kalo udah hari latihan ingetnya materi-materi di guard doang, LKTI-nya lupa. Hahaha.”
Seolah belum puas dengan segala ke-riweuh-an yang dikerjakannya di tahun 2011-2012, Laras kembali aktif di tahun 2013 dengan peran yang meningkat. Ya! Di tahun 2013, Laras kembali berperan di LKTI namun kali ini sebagai Head of Committee dan di MBUI sebagai komandan pasukan. Peningkatan peran yang otomatis meningkatkan tanggung jawab membuatnya tidak plek-plekan menerapkan trik yang sama seperti periode sebelumnya. Di tahun tersebut, selain tetap menjalankan best practice seperti sebelumnya, Laras juga memaksimalkan perannya sebagai ‘pimpinan’ sehingga ia dapat mengatur jadwal sedemikian rupa sehingga tidak terjadi bentrokan antara jadwal di LKTI dan MBUI. Jika memang terpaksa harus ada yang bentrok, Laras tidak segan untuk menjalankan fungsi delegasinya jika memang hal tersebut memungkinkan. Kini, dara kelahiran 22 Januari 1993 tersebut telah bekerja di Unilever sebagai Assistant Marketing Sales Operation Planning Manager.
3. Muhammad Reza Adanan Pohan
Muhammad Reza Adanan Pohan, atau yang lebih akrab disapa Bang Eja, adalah cerita berikutnya untuk SILAM edisi kali ini. Bergabung di MBUI sejak 2010, Bang Eja yang berposisi sebagai pemain color guard pun turut bergabung bersama pasukan TIMBC 2012. Seperti halnya Laras, bergabung bersama pasukan MBUI tidak menyurutkan niatnya untuk mengambil tanggung jawab lain. Tidak tanggung-tanggung, sarjana sains dari Matematika UI ini langsung mengemban tanggung jawab besar : Project Officer Lomba dan Kegiatan Matematika (LOGIKA) 2013, acara unggulan departemen matematika UI berupa olimpiade matematika tingkat SMA, konferensi, dan seminar mahasiswa dengan cakupan 9 provinsi di Indonesia.
Pengunduran hari-H TIMBC dari Juli ke November membuat rentang keberangkatan Bang Eja ke Thailand menjadi bentrok dengan salah satu hari-H acara Logika, yaitu babak penyisihan. Menyikapi hal itu, Bang Eja langsung mengadakan musyawarah untuk mendiskusikan kondisinya tersebut bersama timnya. Setelah sempat mengadakan voting untuk menentukan apakah Bang Eja boleh meninggalkan timnya sementara atau meninggalkan TIMBC, Bang Eja pada akhirnya diizinkan untuk meninggalkan timnya sementara selama ia berada di Thailand.
Bagi Bang Eja, memaksimalkan persiapan dan proses adalah kunci. Oleh karena itu, meski pun mendapat berita dadakan mengenai pengunduran hari TIMBC, calon ketua umum MBUI tahun 2014 itu tidak mengadakan emergency planning. Semua persiapan sudah diakomodir sejak ia ditunjuk menjadi PO. Semua manajer di bawahnya telah dilatih sedemikian rupa sehingga dapat menjalankan fungsi delegasi seperginya Bang Eja ke Thailand. Perubahan yang dilakukan hanyalah meningkatkan intensitas pertemuan sehingga semua progress dapat lebih dikontrol. Hasilnya, Logika 2013 berjalan sukses dan Bang Eja tetap dapat membawa pulang prestasi dari negeri Gajah Putih. Saat ini, Bang Eja sedang tergabung dalam Audit Development Program di PT Bank CIMB Niaga, Tbk.
“Udah konsekuensi gue dari awal juga kan rangkap jabatan. Yaudah. Apapun ceritanya ya gue harus tanggung jawab keduanya.”
4. Ralista Firdany Haroen
Ralista, begitu ia biasa dipanggil, adalah mahasiswa KKI dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Terkait marching band, rasanya tidak ada yang perlu diragukan lagi dari sosok seorang Ralista. Ia sudah mengenal marching band sejak sekolah melalui unit Bahana Cendana Kartika Duri Riau. Alhasil, di tahun keduanya di UI, ia langsung dilibatkan MBUI dalam proyek Drumline Virtual Battle yang diadakan oleh Drum Corps International.
Pada tahun 2013, gadis kelahiran 11 Oktober 1994 ini tergabung dalam pasukan MBUI untuk GPMB 2013. Di pasukan, ia di plot untuk berperan sebagai center snare. Namun, siapa yang menyangka, di balik perannya di MBUI sebagai seorang center snare, Ralista ternyata juga memegang peran penting di FEB sebagai Vice President Economic International Society. Ia dipercaya oleh teman-temannya untuk mengisi posisi tersebut dan membantu langsung sang President. Sebagai VP, Ralista memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketahanan dan dinamika internal EIS serta membawahi beberapa bidang, seperti Human Resource & Research, Student Development, dan Academic Development.
“Aktif kegiatan di dunia kuliah itu super penting. Karena merupakan salah satu cara terbaik untuk mengenal diri kita, baik kelebihan dan kekurangan, sehingga kita bisa membuat pribadi kita naik level.”
Peran ganda Ralista di tahun 2013 bukan tanpa masalah. Kesibukan yang dialaminya saat training center membuatnya hampir tidak bisa menjalankan perannya sebagai VP di EIS. Meski begitu, komunikasi yang baik dengan President dan seluruh jajaran BPH EIS membuat Ralista mendapat restu untuk fokus menjalani proyek GPMB. Dalam kesehariannya, peran sebagai VP dimaksimalkan Ralista dengan tidak membuat jadwal yang bentrok dengan waktu latihan MBUI. Apabila terpaksa ada jadwal yang harus bentrok, Ralista kerap memilih untuk latihan dan mendelegasikan tugasnya dalam rapat. Namun, jika EIS mengadakan suatu event pada hari latihan, maka Ralista sebisa mungkin menyempatkan diri datang ke event tersebut sebelum latihan. Sekarang, ketua MBUI tahun 2014 ini sedang kuliah di Belanda sebagai bagian dari perjalanan studinya di program KKI FEB UI.
5. Fauzia Ratna Furi
Sosok terakhir untuk SILAM edisi kali ini adalah Fauzia Ratna Furi atau yang akrab dipanggil Uji. Uji memang dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berorganisasi. Tidak heran, Uji langsung ditunjuk menjadi Project Officer MBIC 2 selepas proyek TIMBC 2012.
Satu angkatan bersama Bang Eja dan Laras, Uji memulai kehidupannya di MBUI pada tahun 2010 sebagai Cadets. Proyek internasional TIMBC pun menjadi proyek pertama Uji bersama MBUI. Di balik kepiawaiannya memainkan snare drum bersama pasukan TIMBC, Uji tetap aktif di fakultasnya. Salah satu bukti keaktifannya adalah dengan menjadi Koordinator Ticketing Tryout Gravity. Dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinator, gadis kelahiran 24 Mei 1992 tersebut dituntut untuk selalu mobile terkait program roadshow yang merupakan program andalan divisi ticketing dalam mendistribusikan tiket. Hal tersebut adalah tantangan tersendiri bagi Uji karena kebutuhan akan mobilitas tinggi sering berbenturan dengan padatnya jadwal latihan bersama MBUI.
Mendapat teguran dari section leader dan staff di MBUI tidak membuat Uji patah semangat. Melalui proses belajar dan introspeksi diri, Uji mencoba membuat suatu sistem kerja dengan memaksimalkan pendelegasian kepada 23 staff ticketing saat itu. Tidak hanya itu, koordinasi dengan divisi lain juga ditingkatkan agar mendukung program roadshow dari divisi ticketing. Hasilnya, Uji berhasil membawa divisi ticketing menjual lebih dari 5000 tiket atau meningkat 2x lipat dari tahun sebelumnya.
“Sadar ga sadar, banyak skill yang didapat sebagai anak MB. Semuanya balik ke diri sendiri apakah kita mampu terjun dalam waktu bersamaan di MB dan organisasi lain. Saat itu, hal yang memacu gue adalah gue ingin buktiin karakter anak MBUI di organisasi non-MB.”
—000—
Ya! Demikianlah SILAM #1 edisi Januari-Maret kali ini. Bagaimana? Semoga cerita yang dibagikan teman-teman di atas mampu membuka pikiran dan pandangan kita bahwa anak MB tidak hanya dan tidak boleh hanya jago di lapangan saja. Mustahil? Tidak! Semua dapat dijalani dengan baik selama ada kemauan dan kerja keras. Jadi, jangan takut, menjadi pasukan MBUI tidak serta merta ‘mematikan’ kehidupan kita yang lain. Justru, pelajaran dan pengalaman saat menjadi pasukan itu lah yang dapat menjadi nilai lebih saat kita mengemban amanah di luar unit.
Terima kasih kepada Mufid, Laras, Bang Eja, Ralista, dan Uji yang sudah bersedia berbagi cerita kepada Tim Pubdok 2015.
Kalau kamu punya rekomendasi anak MBUI yang semasa pasukan ternyata juga aktif dalam hal lain, sangat boleh untuk direkomendasikan ke kami. Silahkan langsung kirimkan saja nama dan alasannya ke madahbahana@gmail.com dengan subjek [SILAM#2].
Terima kasih atas perhatiannya. Sampai jumpa di SILAM #2 edisi April-Juni! 😀 (RI)